( خطبة عيد الفطر )
الله أكبر ( تسعاً نَسَقاً ، ثم يقول )
: الله أكبر عدد ما صام صائم وأفطر ، الله أكبر عدد ما هَلّل مهلّل وكبّر ، الله
أكبر عدد ما التزم الملتزم ، الله أكبر عدد ما أفيض هناك من عبرة وندم ، الله أكبر
الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد . الحمد لله الذي
سهَّل للعباد طريق العبادة ويسر . وأفاض عليهم من خزائن جوده التي لا تحصر . وجعل
لهم عيداً يعود في كل عام ويتكرر . نقّاهم به من دون الذنوب وطهَّر . فما مضى شهر
الصيام إلا وأعقبه أشهر الحج إلى بيته المطهّر . أحمده سبحانه على نعمه التي لا
تحصر . وأشكره وهو المستحق لأنْ يُحْمدَ ويشكر . وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا
شريك له خلق فقدّر ، ودبّر فيسر . وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صاحب
اللواء والكوثر . اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه ما لاح هلال وأنور ، وسلم
تسليما كثيراً .
أما بعد فيا عباد الله
اتقوا الله تعالى واعلموا أنه ليس السعيد من أدرك العيد ولبس الجديد ، وخدمته
العبيد ، إنما السعيد من اتقى الله فيما يبدي ويعيد ، وفاز بجنة نعيمها لا يفنى
ولا يبيد ، ونجى من نار حرها شديد وقعرها بعيد، وطعام أهلها الزقوم وشرابهم الصديد
، ولباسهم القطران والحديد . واعلموا أن الله تعالى أمركم ببر الوالدين وصلة
الأرحام ، والصبر على فجائع الأيام ، والإحسان إلى الضعفاء والأيتام ، قال
تعالى واجتنبوا الربا في المبايعات فإنه
من أكبر السيئات ، ومن السبع الموبقات ، قال تعالى ! ( يا أيها الذين آمنوا اتقوا
الله وذروا ما بقي من الربا إن كنتم مؤمنين فإن لم تفعلوا فأذنوا بحرب من الله
ورسوله ) ! . عباد الله أوفوا المكاييل والموازين ولا تبخسوا الناس أشياءهم ولا
تعثوا في الأرض مفسدين . واتقوا الذي خلقكم والجبلة الأولين ، الله أكبر الله أكبر
. لا إله إلا الله ، الله أكبر الله أكبر ولله الحمد .
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Telah
tiba masa yanga dinantikan oleh kaum muslimin sekaligus nestapa bagi pemburu
murka yakni Iblis laknatullah. Sekiranya
kita perhatikan dari jejak sejarah mereka yang telah bersumpah serapah
menyesatkan manusia hingga hari pembalasan nanti, Iblis tak pernah menyatakan
dirinya berputus asa menggoda hati manusia masuk ke dalam jurang neraka. Dan pada hari ini nyaris
karya penyesatan mereka menjadi sia-sia karena semua dosa anak adam telah
diampuni kecuali dosa yang berhubungan dengan mereka sendiri. Dan hanya manusia yang menjaga kemurnian tauhid dalam hatinya terbebas
dari belenggu bujuk rayu syetan yang hina. Karena itu marilah sejenak mendalami
apa arti puasa bagi diri, keluarga, maupun ihwal kita sebagai bangsa. Dalam
surat al –Baqarah ayat 183, Allah Ta’ala telah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُون
Artinya;
“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atasmu berpuasa
sebagaimana diwajibkan puasa atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi
orang yang bertaqwa”.
Berkenaan dengan penunjukan
kepada orang-orang yang beriman jelasnya ayat tersebut mengandung makna tauhid
yang mendalam. Karenanya menyitir kedalaman makna pemanggilan kepada orang
beriman tersebut, Allah Ta’ala menyebut puasa sebagai urusan sangat pribadi
antara hambanya yang berpuasa dengan dirinya sendiri. Sepribadi itu urusan
berpuasa hingga dinyatakan bahwa bau mulut tak sedap mereka yang berpuasa lebih
harum daripada semerbaknya wewangi bunga
surga. Inilah makna cinta yang mengharu-biru di antara Pencipta dan hambaNya.
Karena tak akan ada penerimaan indera manusia merasa manis dari kepahitan
kecuali sukma yang telah dicintai Dzat Maha Tulus. Sebuah kisah percintaan semesta raya.
Percintaan yang tiada duanya. Cinta yang tidak didasari syahwat kebinatangan.
Cinta yang didasari kemahaindahan. Cinta Ilahi Rabbi. Inilah ketulusan,
keikhlasan dari makna puasa. Karenanya rekat ketulusan tak lekang oleh lemparan
racun Iblis sekalipun.
Dalam beberapa tafsir ulama
disebutkan bahwa puasa yang diwajibkan kepada umat Muhammad ini telah sejak
semula juga telah diwajibkan bagi umat terdahulu. Dikatakan Sya’bi bahwa kaum
Nasrani juga diwajibkan berpuasa dalam
bilangan tiga puluh hari juga. Namun bila mereka mendapati puasa pada musim
panas, lantas dipindahkannya waktu puasa pada saat antara musim panas dan dingin.
Alih-alih atas pemindahan waktu itu, mereka menambah puasa dengan dua puluh
hari sebagai penebusan dosa mereka dan kompensasi atas penggantian hari
tersebut.
Kaum Yahudi diwajibkan puasa tiga
hari pada bulan Asyura dan tiga hari setiap bulan. Tata cara puasa
mereka sebelum disyariatkannya puasa Ramadan adalah tidak diperkenankan makan
sesudah tidur. Puasa seperti ini telah dialami Umar bin Khattab dan Ibnu Qois
bin Sharmah. Bagi kaum Muslim, Allah Ta’ala telah memulyakan puasa mereka
dengan diperkenankannya makan dan minum setelah tidur. Karena itu, Rasulullah
SAW bersabda,”Makan Sahur adalah perbedaan puasa antara kaum Muslim dan Ahli
Kitab”.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Allah mengharapkan puasa ini
sebagai sarana menuju ketakwaan. Ketakwaan dalam hubungannya dengan puasa ini
terdapat dua makna. Pertama, ketakwaan dalam pengertian pengendalian diri dari
hal-hal yang diharamkan dalam puasa seperti makan, minum, dan bersetubuh.
Kedua, dinyatakan puasa merupakan pra-syarat mutlak (conditio sin qua non)
menuju ketakwaan dalam arti sesungguhnya yakni pembersihan diri, pengendalian
keinginan maupun menghilangkan sifat-sifat tidak terpuji dalam diri manusia
seperti keinginan dipuji orang lain, merasa tinggi dan lebih, rasa ingin
menunjukkan kelebihan diri pada orang lain. Karenanya, puasa ini dinamakan
dengan puasa Ramadan yakni puasa yang membakar segala sifat tercela tersebut.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Perjalanan panjang telah kita
lalui. Sementara hari-hari yang akan datang lebih panjang dari apa yang telah
kita lalui. Tiga puluh hari kita berpuasa, sementara sebelas bulan lagi harus
kita jalani. Hidup kita telah berjalan dalam bilangan tahun yang panjang.
Sementara dalam kematian, kita dapati hari-hari yang amat panjang dalam
kesendirian. Hari-hari di dunia telah amat panjang dan melelahkan. Sementara hari
keabadian telah nyata senyata-nyatanya dijanjikan. Semuanya pasti menemui
akhir. Karenanya, apa yang harus kita lakukan ?.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Hari ini dinyatakan sebagai hari
kemenangan. Kembalinya seseorang dari peperangan yang maha dahsyat memerangi
hawa nafsu diri sendiri. Sahabat Abu Bakar adalah salah satu dari sekian
manusia yang dapat menarik hikmah terdalam di kehidupan ini dari puasa. Ketika
bulan puasa dinyatakan sebagai bulan tauhid. Keimanannya telah ditunjukkan
dalam berbagai peristiwa. Namun yang luput dari perhatian kita yang semestinya
perlu diperhatikan adalah bagaimana beliau menyikapi hidup dari keimanannya.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Pada umumnya manusia mengharapkan adanya keberhasilan atau yang sejenis. Keberhasilan itu lantas dirayakan
dengan berbagai cara. Meski bersusah payah merayakan keberhasilan itu,
kadang-kadang bukan keberhasilan yang dirayakan. Lebih dari itu, perayaan itu
justru menambah beban dan permasalahan. Bagaimana tidak seseorang yang
berkeinginan merayakan keberhasilannya justru ditimpa banyak permasalahan.
Yakni memaksakan kehendaknya seakan-akan telah merayakan keberhasilannya.
Padahal keberhasilan yang dicapai adalah semu semata.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Pada saat turun surat al-Maidah
ayat 3 yang berbunyi;
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ
دِينًا
“Hari ini, telah Aku sempurnakan
Agamamu dan Aku sempurnakan nikmatKu kepadamu dan Aku ridai Islam sebagai
agamamu”.
Ayat ini turun kepada Nabi SAW
dalam rentang waktu 81 hari dari wafatnya. Ketika dibacakan ayat ini, sontak
para sahabat gembira sebagai perwujudan telah sempurna nya syariat yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, di sisi lain, Abu Bakar justru menangkap isyarat
yang berbeda dari apa yang dirasakan sahabat pada umumnya. Menurut Abu Bakar,
ayat ini justru memberikan petunjuk dekatnya perpisahan Nabi dengan para
Sahabatnya. Datangnya kesempurnaan
menunjukkan dekatnya kebinasaan. Pada saat yang sama ketika para sahabat
dipenuhi rasa kegembiraan, Abu Bakar justru merasakan sebaliknya. Beliau
merasakan duka yang amat mendalam. Sontak air matanya berlinang tanda duka
segera tiba. Dan tangispun tak tertahankan. Inikah indera tajam bagi orang yang
telah dinyatakan imannya lebih berat dari penghuni langit dan bumi itu ?.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Banyak orang yang tertipu dengan
penampakan kasat mata yang membujuk rayu. Terlihat indah, namun berduri. Tampak
nyata, namun sirna. Seakan-akan kelezatan, tapi membuat sakit. Sebagai contoh.
Ada orang yang mengalami sakit parah. Namun pada satu waktu menunjukkan tanda akan
hadirnya kesembuhan. Hidupnya akan lebih panjang. Dan kenyataannya, dalam waktu
yang tidak lama, ia justru meninggal dunia. Pada saat yang sama, kita jumpai peristiwa
perayaan kelulusan putra-putra bangsa yang dilakukan dengan berfoya-foya.
Sekedar melampiaskan kesenangan sesaat setelah menghadap ujian. Padahal mereka
yang merayakannya secara berlebihan justru menangguk masa depan yang suram.
Seakan hari-harinya hanya dilalui dengan pesta. Dan pesta selalu berakhir.
Inilah genderang simbol kemewahan dunia yang diagungkan oleh orang-orang yang
bernabi Marx itu.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Berkaitan dengan paparan di atas, meski kita telah
mendapat hari kemenangan yang dinamakan sebagai hari Raya Idul Fitri dan
diperbolehkannya menampakkan kegembiraan dan kesukariaan karena telah
menjalankan puasa sealama satu bulan penuh, mestinya selalu merenung dengan
kejadian-kejadian masa lalu. Perlunya merefleksikan diri dari
jati diri kita sebagai individu, keluarga maupun bangsa. Bila puasa dimaknai
dari sisi individu, maka kepekaan hati akan menjadi lebih tajam. Pada saat kita
puasa, masih banyak saudara kita yang tidak dapat menikmati santapan berbuka
secara memadai. Seyogyanyalah kita lebih banyak berbagi dengan sesame sebagai
wujud keimanan dan ketulusan dan bukan wujud kepentingan duniawi. Lebih-lebih
kepentingan untuk banyak dipuji orang lain.
Dalam dimensi keluarga, senada
dengan panggilan puasa bagi orang-orang beriman, Allah Ta’ala telah berfirman
dalam Surat at-Tahrim ayat 6 yang berbunyi,
يا أيها الذين آمنوا قوا
أنفسكم وأهليكم ناراً وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة غلاظ
شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون )
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman,
Jagalah dirimu dan keluargamu dari neraka dan bahan bakarnya manusia dan batu
yang dijaga oleh malaikat yang keras lagi kasar dan tidak membangkang terhadap
apa yng diperintahkan Allah dan melakukan apa yang diperintahkan”.
Jelasnya ayat ini memerintahkan
kepada kita untuk selalu memerintahkan kepada keluarga berpuasa. Karena puasa
merupakan salah satu sarana menjauhkan diri dari api neraka. Dapat dinyatakan
bahwa neraka adalah tempat yang tidak menyenangkan, sarat dengan kemurkaan,
tempatnya orang-orang yang lalai. Pada saat yang sama, manusia mengharap tempat
kembali yang nyaman, penuh dengan kedamaian. Dan untuk mencapai tempat itu
harus diupayakan dengan jalan pengendalian diri yang sempurna. Jalan itu adalah
puasa. Karena itu, penjagaan manusia sebagai individu maupun keluarga adalah
melaksanakan kendali diri dengan memperbanyak puasa.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Dalam dimensi bangsa, puasa
menjadi sarana penentu kemajuan bangsa.
Bila ruh puasa telah menyatu ke dalam jati diri bangsa, maka semua
kebajikan dan pengampunan Allah menjadi sarana kemakmuran dan kesejahteraan
bangsa. Bertebar kesejahteraan dan kemakmuran sebagai akibat pengendalian diri.
Bagaimana mungkin bagi mereka yang berpuasa terlibat dalam kasus korupsi
sementara ia telah dengan sungguh-sungguh melakukan puasa. Negara sejahtera
dengan pemimpin yang amanah. Negeri makmur tanpa penyalahgunaan wewenang.
Negeri loh jinawi tanpa monopoli. Negara makmur karena dirahmati Tuhan yang
maha pengampun. Dan puasa merupakan sarana menggapai pengampunan itu.
Sebagaimana digambarkan al-Quran dalam Surat Saba’ ayat 15 yang berbunyi,
لقَدْ كَانَ لسَبَأٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ
يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لهُ بَلدَةٌ طَيِّبَةٌ
وَرَبٌّ غَفُور ٌ
Artinya;
“Sungguh bagi Kaum Saba’ terdapat
tanda kekuasaan Allah di kediaman mereka dua kebun di samping kanan dan kiri.
Makanlah dari Rizki Tuhanmu dan bersyukurlah kepadaNya. Negerimu adalah negeri
yang makmur dan Tuhanmu adalah Maha Pengampun”.
Ilustrasi negeri Saba’ merupakan
negeri yang diberkahi oleh Allah. Dikatakan bahwa Allah menurunkan 13 Nabi di
negeri tersebut. Negeri yang sekarang dikenal dengan Yaman itu telah berkembang
sebagai negeri yang aman dan damai. Hal ini memberi harapan bahwa adanya
manusia yang dekat dengan Allah memberi pengaruh bagi kelangsungan kehidupan
negeri yang makmur. Karenanya, meski nabi tidak diturunkan Allah, namun ulama
mempunyai kontribusi menghubungkan kehidupan bernegara dan berbangsa dengan
unsur ketuhanan. Inilah negeri yang senantiasa diberkahi Allah dengan kehidupan
yang aman dan makmur.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Sungguh puasa yang kita lakukan
mudah-mudahan dapat membuahkan dimensi luas terbebasnya kita dari neraka.
Neraka sebagai akibat dari ketidakmampuan kita mengendalikan diri sebagai
individu, keluarga maupun bangsa. Sebaliknya puasa yang dilaksanakan dengan
sesungguhnya dalam dimensi luas maupun khusus akan memberikan peran penting
bagi kehidupan masyarakat. Jika makna terdalam dari puasa telah tertangkap,
sungguh akan muncul keinginan menjadikan seluruh waktu hidup di dunia ini
menjadi puasa.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Ketika
kesempurnaan Islam sebagai agama
menjadikan Abu Bakar bersedih hati sebagai pertanda perpisahan dengan
baginda Rasulullah SAW. Para malaikat, langit dan bumi juga merasakan hal yang
sama. Merasa berat hati berpisah dengan Ramadan yang dirindukan.
إِذَا كَانَ
آخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتْ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ وَالْمَلاَئِكَةُ
مُصِيْبَةٌ ِلأُمَّةِ مُحَمَّدٍ ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ مُصِيْبَةٍ
هِيَ؟ قَالَ: ذِهَابُ رَمَضَانَ فَإِنَّ الدَّعَوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ،
وَالصَّدَقَاتُ مَقْبُوْلَةٌ وَالْحَسَنَاتِ مُضَاعَفَةٌ، وَاْلعَذَابَ مَدْفُوْعٌ
Pada waktu akhir malam Ramadan,
langit, bumi dan Para malaikat menangisi musibah yang menimpa umat Muhammad
SAW. Dikatakan, Ya Rasulullah, Musibah apakah itu ?.
Rasulullah menjawab :”yakni perginya Ramadan, karena do’a-do’a dikabulkan,
Shadaqah diterima, kebaikan dilpatgandakan pahalanya, dan siksa tolak”.
Saudaraku
Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Mudah-mudahan ini menjadi renungan kita semua, di dalam
menjalankan puasa memenuhi dimensi syariat dan
hakikanya. Sungguh amat berat berpisah dengan Ramadan. Karenanya, tentu kita
ingin Ramadan ada di setiap saat. Sebagai sarana penghubung makhluk dan Penciptanya.
Sebagai pembuka pintu rahmatNya, menjemput pengampunan dan pembebas api neraka
yang membara.
Akhirnya, melalui puasa Ramadan,
mudah-mudahan kita dapat bertemu Dzat Allah SWT bertabur pengampunan dan rahmat
pada hari akhir nanti.
بارك
الله لي ولكم في القرآنالعظيم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم ،
أقول قولي هذافاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
( الخطبة الأخيرة )
الله أكبر ( سبعا نسقاً )
الحمد لله الذي خلق آدم من طين ، وجعل نسله من سلالة من ماء مهين . قسمهم بعلمه
إلى أصحاب شمال وأصحاب يمين . قسمة كتبت فكتبت ، غير أن للسعادة والشقاوة عنواناً
يستبين . أحمده سبحانه حمد أوليائه المتقين . وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا
شريك له الملك الحق المبين ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الصادق الأمين . اللهم
صل على محمد وعلى آله وأصحابه والتابعين . أما بعد فيا عباد الله اتقوا الله تعالى
وأطيعوه وعظموا أمره ولا تعصوه . وعليكم بغضّ البصر فإن النظرة سهم من سهام إبليس
. قال تعالى ! ( قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن
الله خبير بما يصنعون وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين
زينتهن إلا ما ظهر منها ) ! الآية . قال تعالى ! ولا تمش في الأرض مرحا إنك لن
تخرق الأرض ولن تبلغ الجبال طولا ) ! وفي الحديث ' من جرَّ إزارَه خُيَلاءَ لم
ينظر اللهُ إليه ' . واعلموا أن الله تعالى أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه فقال تعالى :
! ( إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا
تسليما ) ! اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك محمد النبي الهاشمي العربي الأوفى .
وارْضَ اللهم عن الأربعة الخلفا . والسادة الحنفا . أبي بكر وعمر وعثمان وعلي وعن
سائر الصحابة أهل الصدق والوفا ، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان ولطريقتهم اقتفى ،
وعنا معهم بعفوك وكرمك وإحسانك يا خير من تجاوز وعفا . اللهم أعزَّ الإسلامَ
والمسلمين ، وأذِلَّ الشرك والمشركين ، واحم حوزة الدين ، واجعل هذا البلد آمناً
مطمئناً وسائر بلاد المسلمين يا رب العالمين ، اللهم أقم علم الجهاد ، واقمع أهل
الشرك والريب والفساد ، وانشر رحمتك على هؤلاء العباد ، يا من له الدنيا والآخرة
وإليه المعاد .
عباد الله : ' إن الله يأمرُ
بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم
تذكرون ، وأوفوا بعهد الله إذا عاهدتم ولا تنقُضوا الأيمان بعدَ توكيدِها وقد
جعلتمُ اللهَ عليكم كفيلا ، إن الله يعلم ما تفعلون ' فاذكروا الله العظيم الجليل
يذكركم ، واشكروه على نعمه يزدكم ، ولذكر الله أكبر.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar